Berita

80 Ribu Jiwa Terancam, Pasbar Butuh Enam Shelter Lagi

0
×

80 Ribu Jiwa Terancam, Pasbar Butuh Enam Shelter Lagi

Sebarkan artikel ini

Simpang Ampek, Sumbar Opini

Enam dari tujuh nagari di wilayah pesisir Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) mendesak segera dibangun shelter dan jalur evakuasi bencana. Hingga kini, Pasbar hanya memiliki satu shelter di Nagari Maligi dengan kapasitas yang sangat terbatas.

Terkait ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasbar pun berencana berkoordinasi dengan pemerintah pusat, karena pembangunan shelter dinilai membutuhkan anggaran besar.

Kepala BPBD Pasbar, Jhon Edwar, Selasa (11/11), mengatakan, pembangunan shelter dan jalur evakuasi di daerah pesisir sudah menjadi kebutuhan mendesak. Dari total tujuh nagari yang berada di kawasan pantai, baru satu yang memiliki tempat perlindungan darurat jika terjadi bencana tsunami. Artinya, butuh enam shelter lagi.

 

Menurutnya, kehadiran shelter dan jalur evakuasi sangat penting mengingat wilayah Pasbar memiliki potensi tinggi terhadap gempa bumi dan tsunami akibat aktivitas megathrust Mentawai. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran besar, terutama bagi sekitar 80.000 jiwa penduduk yang tinggal di kawasan rawan tersebut.

“Risiko bencana di daerah pesisir Pasaman Barat cukup tinggi. Karena itu, keberadaan shelter dan jalur evakuasi harus segera diwujudkan untuk melindungi masyarakat,” ujar Jhon Edwar.

BPBD Pasbar, lanjutnya, telah berulang kali mengusulkan pembangunan shelter tambahan kepada pemerintah pusat. Estimasi biaya yang dibutuhkan mencapai Rp5 miliar untuk satu unit shelter dan sekitar Rp2 miliar untuk membangun jalur evakuasi yang aman dan layak.

Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, Pasaman Barat memang memiliki tingkat kerentanan bencana yang tinggi. Tak hanya ancaman tsunami, cuaca ekstrem juga sering mengancam keselamatan nelayan dan masyarakat yang beraktivitas di laut.

 

 

Pemerintah daerah pun telah melakukan pemetaan potensi bencana serta menentukan jalur evakuasi di sejumlah titik rawan. Upaya ini diharapkan dapat meminimalkan dampak bencana dan mempercepat proses penyelamatan warga jika terjadi kondisi darurat.

Namun, keterbatasan fasilitas masih menjadi persoalan utama. Shelter yang ada di Nagari Maligi pun dinilai belum memadai karena hanya berada di satu lokasi dan sulit dijangkau oleh masyarakat yang tinggal jauh dari titik tersebut.

 

“Kapasitas shelter di Maligi sangat terbatas, sementara jumlah penduduk di pesisir cukup besar. Diperlukan penambahan shelter di beberapa titik strategis agar seluruh warga memiliki akses perlindungan yang sama,” ulasnya.(Red)